Kon'nichiwa, kali ini saya akan membagikan sinopsis Anthem Of The Heart atau yang dalam bahasa Jepangnya disebut juga dengan Kokoro ga Sakebitagatterunda. Animenya cukup menarik dan menguras emosi, lho, karena itulah admin rekomendasikan buat kamu yang tengah punya waktu luang dan ingin menonton film Jepang.
Bagi kamu yang belum sempat nonton, bisa baca sinopsis lengkapnya disini. Tapi sebelum lanjut ke sinopsis, ada baiknya kita berkenalan dulu dengan karakter-karakter utama dalam film Anthem Of The Heart ini ya.
Jun Naruse. Ini dia gadis yang menjadi karakter utama di anime ini. Gadis yang memiliki rambut pendek ini awalnya adalah gadis ceria dan cerewet. Namun, kecerewetannya itu menimbulkan banyak masalah, termasuk masalah dalam keluarganya. Karena itu, suatu hari datang sebutir telur yang bisa bicara dan megunci mulutnya agar tidak banyak bicara. Sejak saat itu, ia tidak lagi bisa banyak bicara.
Takumi Sakagami. Inilah lelaki yang disukai oleh Jun Naruse. Sayangnya, di endingnya Takumi Sakagami justru balikan dengan cinta lamanya yaitu Nito.Takumi adalah orang yang agak pendiam dan pintar bermain piano. Sedikit tidaknya dia juga tau bagaimana perasaan Naruse sehingga ia berusaha menyemangati Naruse sebagai seorang sahabat.
Natsuki Nito. Meskipun Nito agak cemburu melihat Takumi akrab dengan Naruse, namun ia tetap berusaha menjadi sahabat yang baik bagi Naruse. Hingga akhirnya ia menerima kenyataan bahagia kalau Takumi ternyata hanya menyukai dirinya. Ia memiliki rambut yang panjang, feminin dan pantang menyerah. Buktinya, dia mau menjadi karakter utama dalam acara musikal untuk menggantikan Naruse yang tiba-tiba menghilang.
Daiki Tazaki. Daiki Tasaki memiliki tubuh yang besar layaknya atletis. Ia adalah bintang bisbol di sekolah, namun karena cidera pada tangannya, selama beberapa hari ia tidak bisa ikut latihan. Menurut junior bisbolnya, Tasaki adalah orang yang suka memerintah sehingga para junior tidak begitu menyukainya. Namun, pada akhirnya Tasaki meminta maaf dan memperbaiki keadaan tim menjadi lebih baik. Di ending cerita, Tasaki mulai menyukai Naruse dan meminta Naruse mencari pacarnya.
Sinopsis Anthem Of The Heart
“Pada
suatu hari, di suatu tempat, hiduplah seorang gadis..yang begitu cerewet dengan
segudang impiannya. Gadis itu sangat mengagumi sebuah istana megah yang berdiri
kokoh di balik gunung.”
Seorang
anak perempuan berlari kencang menuju suatu tempat yang dia yakini sebagai
sebuah istana. Sesampainya di tempat megah itu, si anak melihat istana dengan
bahagia karena keindahannya. Ia memiliki impian dimana ia kelak bisa berdansa
bersama dengan pangeran di dalam istana tersebut.
Ia
kemudian tersenyum dan berlari menuju rumah. Di rumah, ia langsung mengatakan
kalau ia baru saja menemukan rahasia besar kepada ibunya yang tengah memasak
telur dadar. Ia berkata dengan sangat antusias.
“Sejak
bayi dulu, kamu memang sudah cerewet ya Jun.” ucap ibunya sambil merapikan
telur dadar dalam obento.
“Papa
baru saja keluar dari istana.” Ucap Jun dengan bahagia.
Ibunya
langsung diam begitu mendengarnya. “istana?”
![]() |
Anthem of The Heart |
“Tapi,
mama pasti nenek sihir baik hati. Soalnya, nenek sihir jahat itu lebih-” belum
sempat Jun menyambung perkataanya, tiba-tiba mamanya langsung memasukkan telur
dadar ke mulutnya yang tidak berhenti bicara.
“Jun,
kamu jangan membicarakan itu lagi. Jangan mengatakan itu pada siapapun. Jangan
pernah bicara lagi…selamanya.” Ucap mamanya lirih tanpa melihat ke arah Jun.
Lalu.
Sang pangeran yang tinggal di sana diusir oleh nenek sihir yang baik hati dan
kembali ke pelukan sang tua putri.
“Papa,
papa mau kemana?” ucap Jun kepada papanya yang selesai membereskan urusan
pengangkutan barang. Papanya hanya diam dan melihat ke dalam rumah. “Kalau papa
punya masalah dengan mama, biar Jun yang bantu kalian akur.” Tambah Jun.
“Jun,
kau ini benar-benar cerewet ya?” jawab papanya. “Semuanya kan, salahmu?”
papanya mengakhiri dan masuk ke mobil.
Air
mata Jun langsung berlinangan. Semua salahnya? Ia pergi ke gunung dan menangis
sendiri disana. “Siapa saja. Pangerannya Jun, tolong datang ke sini dan
selamatkan Jun.” isaknya.
Tiba-tiba,
sebutir telur menggelinding di di atas kayu di sampingnya. Telur itu kemudian
berubah menjadi memiliki tangan, mata, kumis, dan memakai topi. “Hai, akulah
pangeranmu.” Ucap telur itu.
![]() |
Anthem of The Heart |
“Kenapa
yang datang malah telur? Bukannya pangeran?” jawab Jun dan kembali menangis.
“Aku
ini beneran pangeran lho?” bantah si telur. Ia kemudian berubah wujud menjadi
seorang pangeran lengkap dengan baju dan mahkota kebesaran.
“Pangerannya
Jun tidak mungkin licin dan bau kentut sepertimu!” Ucap Jun.
Pangeran
itu kembali menjadi telur lagi. “Duh, dasar gadis berlidah tajam.Kamu ini benar-benar
cerewet ya?”
![]() |
Anthem of The Heart |
Telurpun
mengatakan kalau masa depan Jun akan mendapatkan segudang masalah karena sikap
cerewetnya tersebut. Jika Jun tidak mau itu terjadi, maka Jun harus mengunci
sikap cerewetnya.
Jika
Jun bisa mengunci kecerewetannya, maka suatu saat kelak Jun akan dipertemukan
dengan pangeran dan tinggal di istana impiannya. Tapi, jika Jun terus cerewet,
maka, baik istana ataupun pangeran akan hancur lebur layaknya kuning dan putih
telur yang hancur lebur saat dibuat orak-arik telur!
“Tidak
mau!” kata Jun. “Tapi, bagaimana bisa dikunci?”
![]() |
Anthem of The Heart |
Beberapa
tahun kemudian, terlihat seorang gadis yaitu Jun hendak mengunci pintu sebelum
berangkat ke sekolah.
![]() |
Anthem of The Heart |
Si
sisi lain, seorang laki-laki berpakaian sekolah juga tengah asyik mengayuh
sepeda menuju sekolah. Tiba-tiba ia berhenti begitu telur warna-warni
menggelinding ke jalan. Ternyata telur-telur itu punya seorang bapak yang tidak
sengaja menjatuhkannya. Tanpa pikir panjang, laki-laki itu langsung membantu si
bapak memungut telur.
Bapak
itu mengatakan kalau di dalam telur itu terdapat kata-kata. Orang-orang bicara
banyak hal ke dalam telur tersebut dan mengucapkan keinginan mereka. Setelah
ditulis, telur kemudian digantung sebagai sesajen. Lelaki itu bingung apakah
benar-benar akan ada pengaruhnya atau tidak. Tapi ia tidak begitu yakin.
Di
dalam ruang kelas 2-2, tampak murid-murid tengah sibuk dengan urusannya
masing-masing, Jun Narase tampak menggambar sebutir telur, dan yang lainnya
sibuk membicarakan tentang PR, seragam, ataupun tentang bisbol.
![]() |
Anthem of The Heart |
Lelaki
yang tadi memungut telur di jalan juga baru saja masuk ke kelas.
“Selamat
pagi Taku, agak kesiangan nih?” ucap teman yang berada disampingnya. Yah,
lelaki yang tadi membantu bapak-bapak memungut telur itu bernama Taku.
Tiba-tiba
seorang laki-laki dewasa berteriak, “Nah, ayo kalian cepat duduk!”
![]() |
Anthem of The Heart |
Jun
Naruse berdiri dan berusaha untuk bicara meski terlihat sangat kesulitan.
“Aaa…ku..tidak mau..” ucapnya yang membuat semua murid di kelas melongo.
“Naruse,
dia ngomong?” ucap salah seorang murid. “ jadi, dia bisa ngomong, ya?” sahut
murid lainnya.
![]() |
Anthem of The Heart |
Daiki
si bintang bisbol mengatakan kalau ia menyerahkan semuanya kepada Taku dan
tidak ingin terlibat dengan urusan Himpunan Program Penjangkauan.
![]() |
Anthem of The Heart |
Taku
akhirnya memutuskan untuk protes menemui Shimacho ke ruang musik. Sampainya
disana tidak ada siapa-siapa. Ia masuk dan melihat telur di atas meja. “Telur
lagi. Memangnya sekarang Paskah kali, ya?” bisiknya.
Ia
kemudian duduk dan memainkan alat musik yang merdu dan memainkan lagu tentang
telur (tamago). Telur..telur…, biar
kupersembahkan telurnya. Biar kupersembahkan rangkaian kata-kata..telur..
![]() |
Anthem of The Heart |
Naruse memandangi Taku yang tengah menyanyi.
Tiba-tiba ia kaget begitu Shimacho datang dan mengatakan, “Naruse, kenapa kau
di sini?”
Naruse dengan cepat menyerahkan selembar kertas dan
berlari ke kamar mandi. Isi dari kertas itu yaitu pernyataan bahwa ia menolak
menjadi anggota himpunan. Taku mengatakan kepada Shimacho kalau keperluannya
datang ke sana juga sama yaitu tidak ingin menjadi anggota himpunan.
![]() |
Anthem of The Heart |
Shimacho, gurunya hanya tersenyum kecil dan
mengatakan kalau Taku bisa dihapus menjadi anggota jika ia bisa mencari
temannya yang lain yang mau dan cocok menjadi anggota himpunan.
“Lagu yang kau nyanyikan tadi bagus, lho.” Ucap Shimacho sambil tiduran
santai di atas ayunan.
Taku kaget dan mengatakan dia hanya asal siul saja.
Tiba-tiba saja, Shimacho mendapatkan ide untuk melakukan drama musikal di program
penjangkauan nanti. Ide ini dirasa sangat bagus karena selama ini setiap
tahunnya dia hanya mengadakan paduan suara dan resital.
Taku yang mendengarnya sedikit kesal, bukannya
justru keluar dari anggota, ia justru menimbulkan ide baru bagi Shimacho yang
tentunya lebih berat untuk dilakukan dibandingkan hanya paduan suara.
Dia melihatnya.
Dia melihat jauh ke dalam lubuk hatiku. Naruse berdiam sendiri
di atas atap sekolah.
Taku melihat mobil di halaman depan rumahnya. Begitu
masuk, Taku mengucapkan salam dan seorang wanita setengah baya membalas ucapan
salamnya. Perempuan setengah baya itu baru saja berbincang masalah asuransi
kepada nenek Taku. “Dia cucu Anda ya?” ucapnya kepada nenek Taku. Nenek Taku
mengiyakan sambil tersenyum.
“Jadi, cucu Anda juga murid SMA Ageha, ya?”
tanyanya.
“Oh, jadi putrimu juga ya, Bu Naruse?” Tanya Nenek
Taku.
![]() |
Anthem of The Heart |
Perempuan yang ternyata ibu Jun Naruse itu tersenyum
membenarkan. Saat neneknya bertanya apakah Taku mengenal Naruse, Naruse
mengatakan kalau ia hanya tau namanya saja. Setelah ibu Naruse pulang, Nenek
Taku mengatakan kalau ia kagum melihat ibu Naruse karena dia wanita yang hebat
dan bisa mengasuh putrinya sendiri sejak kecil. Dari sana Taku tau kalau
ternyata Naruse tidak memiliki ayah.
Siang itu, anggota himpunan berkumpul di ruang musik
Shimacho, tapi si jagoan baseball
tidak hadir. Saat rapat itu, para anggota kembali membahas mengenai rencana
Shimacho yang ingin mengadakan acara musikal.
Awalnya para anggota menyarankan untuk membuat
paduan suara saja, toh yang datang hanya lansia di komplek tersebut. Namun,
Shimacho membantah bahwa ia ingin membuat acara yang berbeda dari tahun-tahun
sebelumnya. Akhirnya mereka menyetujui meski masih tidak begitu yakin.
Taku dan Naruse pulang bersama. Saat itu, Naruse
menceritakan semua kejadian yang menimpanya dari beberapa tahun yang lalu
kepada Taku lewat sms. Mulai dari ia melihat ayahnya bersama seorang wanita
keluar dari hotel yang dulu ia sebut sebagai istana hingga kutukan yang
diberikan si telur yang membuatnya tidak bisa bicara. Setiap ia bicara, ia
selalu merasakan perutnya sakit.
![]() |
Anthem of The Heart |
Saat Taku hendak pulang, Naruse mengirimkan pesan
terakhir, “Cerita hari ini, apakah kamu mempercayainya? Menurutmu, apa persaan
itu bisa disalurkan lewat lagu?”
Taku agak bingung. Namun dia mengatakan kalau tidak
ada salahnya menyampaikan perasaan lewat nyanyian. Bisa saja nyanyian itu tidak
dihitung sebagai kutukan.
Besoknya, Naruse, Taku dan Nito tengah menyampaikan
rencana untuk membuat acara musikal di depan kelas. Sebagian besar teman mereka
tidak begitu yakin mereka bisa melakukan acara itu.Tasaki mengatakan bahwa itu
mustahil. Ia juga mengatakan, “Lagian, si cewek itu mau dibagaimanakan coba?
Cewek yang ngomong saja tidak pernah. Kocak banget jika disuruh nyanyi dan
pentas musikal.”
Kata-kata ejekan itu membuat Naruse sedih. Taku
marah dan mengatakan kalau Tasaki sama saja. Taku mengatakan kalau ia kasihan
dengan junior di tim baseballnya. Ia
juga mengatakan kalau junior Tasaki selalu mengejek dan menghinanya di
belakangnya, namun Tasaki tidak pernah menyadarinya. Tasaki selalu sok menjadi
bos sementara sementara sebenarnya dia hanya benalu di tim mereka. (karena
Tasaki mengalami cidera pada tangannya sehingga ia tidak bisa main baseball lagi.)
![]() |
Anthem of The Heart |
Tentu saja, Tasaki marah mendengar perkataan Taku.
Kelas menjadi heboh dan penuh ketegangan. Naruse yang melihatnya tidak bisa
tinggal diam. Dengan sekuat tenaga ia berusaha mengeluarkan suaranya dan
bernyanyi. “Meski berselimut keraguan, tapi…aku..pasti..bisa…”
Wajahnya memerah, kemudian ia lari dari ruang kelas
tersebut. Seisi kelas bingung sekaligus terpukau dengan kalimat yang
dinyanyikan Naruse. Meski sangat singkat, namun begitu merdu dan membekas di
hati mereka.
Malam itu, ada seorang ibu-ibu yang meminta uang
tagihan rutin. Naruse hanya sendiri di rumah dan dia bingung apakah ia
membukakan pintu atau tidak. Ia takut orang itu tau kalau dia tidak bisa bicara
dan itu berarti akan mempermalukan ibunya karena gosip yang akan beredar. Ia
akhirnya keluar dan memberikan uang tagihan. Ibu-ibu tersebut hendak bertanya
mengenai sekolah Naruse, tapi tiba-tiba ibu Naruse datang sehingga Naruse bisa
bernapas lega.
“Sudah dibilang, jangan keluar kalau ibu tidak ada. Bikin
malu saja” ucap ibunya. “Anak yang tidak mau bicara, karena itu jadi banyak
beredar gosip tidak karuan.” Ucap ibu Naruse begitu ibu-ibu itu pergi.
![]() |
Anthem of The Heart |
Naruse yang mendengar ibunya marah seperti itu
langsung sedih, ia berlari sekencang-kencangnya. Ia meluapkan semua perasaanya
lewat sms dan mengirimnya kepada Taku. Taku merasa bingung melihat sms Naruse
yang sangat panjang. Di bagian akhir pesan tertulis, “Tolong susun kata-kataku
jadi lagu.”
Malam itu mereka bertemu. “Aku ingin minta bantuanmu
seperti saat lagu telur waktu itu. Sebenarnya ada banyak hal yang ingin
kuutarakan.!” Naruse berteriak dan mencoba mengeluarkan suaranya dengan keras.
Itu membuat perutnya sakit lagi.
Taku membawanya kerumah. Begitu sampai di rumah
Taku, Naruse langsung ke toilet yang membuat nenek dan kakek Taku menjadi
bingung.
“Gadis kecil
yang penuh mimpi itu sangat mendambakan pesta dansa malam di istana. Tapi pesta
dansanya sebenarnya adalah tempat eksekusi para kriminal. Demi menebus semua
kesalahan yang dibuatnya selama ini, merekapun dipaksa terus menari sampai mati
layaknya dijatuhi suatu kutukan.
![]() |
Anthem of The Heart |
Walau sudah
mengetahui kebenarannya, keinginannya kuatnya untuk pergi ke pesta dansa
membuatnya melakukan berbagai tindak kejahatan. Tetapi, tidak satupun yang
melaporkan kejahatannya. Kemudian, muncullah sebutir telur misterius yang
menghasut gadis di tengah keputusasaaanya.
Telur itu
mengatakan bahwa kejahatan terbesar di dunia ini adalah dengan menyakiti orang
lain lewat perkataan. Si gadis pun mulai mengeluarkan semua hinaan yang ada di
dalam pikirannya untuk menyakiti orang lain agar ia dibenci sepenuhnya. Tapi
setelah sadar, ia kehilangan kemampuannya untuk bicara.”
Taku melongo membaca sms yang panjang itu. Naruse
mengatakan kalau itu berdasarkan pengalamannya sekarang. Meski masih bingung,
Taku akhirnya pergi ke kamar atas yang merupakan kamar musik mulai memainkan
piano dan menyanyikan lagu berdasarkan sms yang dikirimkan oleh Naruse. Naruse
suka dan puas dengan hasil nyanyian Taku. Taku juga mendapat ide untuk
menjadikan kisah Naruse sebagai kisah di acara musikal mereka nanti, jadi
Naruse harus segera memikirkan kelanjutan kisahnya.
![]() |
Anthem of The Heart |
Besoknya Taku, Nito, dan juga Naruse mengadakan
rapat di sebuah kafe. Kali ini, si bintang baseball
juga ikut karena diajak oleh Nito yang membuat Taku dan Naruse bingung karena
kemaren Tasaki jelas menentang acara musikal tersebut. Taku mengatakan kalau
mereka akan memakai cerita Naruse untuk acara musikal. Nito setuju.
![]() |
Anthem of The Heart |
Saat itu, Tasaki ingin menyampaikan permintaan maaf
karena sudah menghina Naruse kamaren, namun belum sempat ia meminta maaf
tiba-tiba ia mendengar anggota tim baseballnya
tengah membicarakan dirinya. Ternyata benar yang dikatakan Taku, junior timnya
ternyata diam-diam menghinanya dan menganggapnya sebagai benalu yang suka main
perintah.
Melihat itu, Naruse tidak tinggal diam. “Jangan
seenaknya menyuruh orang lain pergi. Kata-kata itu bisa menyakiti orang lain.
Dan tidak akan pernah bisa dibetulkan lagi” Teriaknya. Entah kenapa,
disaat-saat seperti ini, dia selalu bisa mengeluarkan suaranya. “sekalipun kamu
sudah menyesal, kamu tidak akan bisa membetulkannya lagi.” Tambahnya. Ia
mengingat kembali bagaimana ibu dan ayahnya berpisah karena ucapannya sendiri.
![]() |
Anthem of The Heart |
Tiba-tiba ia merasakan perutnya sakit karena sudah
banyak bicara. Taku dan kawan-kawan membawanya ke rumah sakit. Tapi untunglah
sakit perut Naruse tidak begitu parah. Ibunya datang dan berusaha mengatur
napasnya karena buru-buru ke rumah sakit.
“Jun, padahal aku sudah buru-buru ke sini karena di
telpon pihak rumah sakit. Tapi, apa maksudmu, sakit perut? Masih soal kutukan
atau apalah itu lagi?” ucapnya sambil memegang kepalanya. “Memalukan!”
sambungnya didepan teman-teman Naruse. Sikap ibunya membuat Naruse sangat
sedih.
Saat menyelesaikan urusan administrasi, ibu Naruse
kembali memarahi Naruse. “Apa-apaan ini? Apa kau membenciku sejauh itu?
Kerjaanmu cuma diam saja. Kamu juga bahan gosip para tetangga. Apa kamu ingin
mempermalukan aku?” Ibu Naruse kembali memegang kepalanya karena pusing. Namun,
Naruse hanya diam dan menggeleng-geleng kepala saja. “Jangan diam saja?”
sambung ibu Naruse.
![]() |
Anthem of The Heart |
Tiba-tiba Taku datang mengatakan kepada ibu Naruse
kalau di sekolah Naruse adalah anak yang periang. Walaupun dia kelihatan diam
saja tapi sebenarnya dia sering bicara lewat hatinya. Taku juga mengatakan
kalau alasan Naruse sakit hari ini juga karena Naruse berjuang keras membantu
teman-temannya. Naruse selalu berusaha menjadi yang sebaik mungkin. Mendengar
itu, ibu Naruse sedikit sadar.
Taku dan Nito tampak pulang bersama. Nito mengatakan
kalau ia mulai memahami perasaan Naruse karena ia sendiri memiliki banyak hal
yang tidak bisa diutarakan.
“Waktu SMP dulu, waktu kamu menghadapi masalah
terberat dalam hidupmu, aku sama sekali tidak bisa apa-apa. Padahal aku ini
pacarmu.” Nito mengatakan penyesalannya karena tidak bisa menjadi pacar yang
baik bagi Taku dulunya. (ternyata Nito dan Taku memiliki kisah asmara dulunya
saat mereka SMP dan sampai sekarang sepertinya masih menyimpan perasaan yang
sama).
Ada flashback
dimana Nito hendak memegang pundak Taku yang tengah sedih, namun ia
mengurungkannya lantaran takut diketahui oleh teman-temannya kalau mereka
tengah pacaran. Dengan artian, saat itu mereka berpacaran diam-diam.
![]() |
Anthem of The Heart |
Kembali lagi ke masa sekarang. Taku mengatakan kalau
dia adalah orang culun jadi tidak pantas untuk Nito. Nito membantah dan
mengatakan kalau Taku adalah orang yang baik dan perhatian. Disaat membicarakan
masalah itu, Taku justru bilang kalau ia salut dengan Naruse karena Naruse bisa
mengutarakan isi hatinya.
Taku juga ingin menyemangati Naruse. Saat itu, Nito
ingin bilang apakah Taku menyukai Naruse, tapi dia tidak jadi mengatakanya dan
justru bilang kalau dia juga ingin menyemangati Naruse nantinya.
**Pangeranpun
muncul di hadapan sang gadis yang tekah dipenuhi oleh bermacam kata muram dalam
dirinya. Diucapkannyalah kata penuh kebahagiaan, layaknya oasis di tengah gurun
pasir.**
Malam
itu, Tasaki memikirkan untuk minta maaf kepada tim baseball nya dan juga pada Naruse. Benar saja, keesokan harinya, di
tengah hujan, ia pergi ke tempat tim baseball
dan meminta maaf kepada timnya.
Mereka
tampak kaget dengan kedatangan Tasaki. Tasaki membungkuk, “Aku mohon maaf atas
semuanya! Pertandingan dan cederakupun semuanya salahku!” dia terus membungkuk.
“Aku ini bodoh. Jadi aku berusaha menanggungnya sendiri. Berlagak jadi bos,
bahkan beralasan semua itu demi tim. Tapi sebenarnya aku tidak lebih baik.”
Tasaki
juga ingin meminta kesempatan untuk memperbaikinya dari awal.
![]() |
Anthem of The Heart |
“Setelah
memperbaiki, mau apa?” balas Yamaji.
“Setelah
sembuh dari cedera, aku akan berjuang lagi bersama kalian demi sampai ke
turnamen nasional.” Jawab Tasaki meyakinkan.
“Aku
malau latihan dulu.” Ucap Yamaji, kemudian dia pergi dari hadapan Tasaki.
Saat
Nito, Taku, dan jufa Naruse bertemu dengan Shimacho, Tasaki tiba-tiba juga
datang dan membungkuk di depan Naruse sambil mengatakan permintaan maaf atas
ucapannya tempo hari. Ia juga mengatakan kepada Shimacho bahwa ia siap untuk
membantu acara program penjangkauan. Melihat itu, Shimacho menjadi senang dan
persiapan bisa segera dimulai.
Tasaki
dengan percaya diri juga memimpin untuk meyakinkan teman-teman sekelasnya
karena banyak diantara mereka yang masih tidak mau mengadakan musikal. Namun,
pada akhirnya satu persatu dari murid mau ikutan.
![]() |
Anthem of The Heart |
Naruse
terpilih menjadi srikandi, Taku menjadi pangeran, Tasaki menjadi telur, dan
murid-murid lain mengambil peran-perannya masing-masing. Sejak saat itu, mereka
mulai berlatih dengan konsep cerita dari Naruse.
Hari
itu, anggota himpunan berencana untuk latihan di rumah Taku. Nito dan Naruse
turun dari bus dan Nito hendak membuka google
map untuk mencari tau arah rumah Taku. Naruse mengatakan kalau ia sudah
pernah ke rumah Taku jadi dia sudah tau jalannya. Naruse juga mengatakan kalau
Taku pernah bermain piano. Nito terlihat sedikit cemburu namun ia berusaha
untuk tidak memperlihatkannya.
![]() |
Anthem of The Heart |
Takupun
mulai bermain piano sambil bernyanyi. Semua anggota mengatakan kalau nyanyian
Taku sangat cocok dengan cerita. Namun perlu diaransemen lagi, beberapa lirik
perlu disesuaikan dan juga koreografi sama formasi perlu dilakukan.
Pulangnya,
Tasaki sengaja tidak naik kereta tapi pulang bersama Naruse dengan jalan kaki.
Disaat itu, Tasaki mengakui bahwa teman-teman sekelasnya memiliki banyak bakat
lebih. Selama ini ia jarang memperhatikan orang-orang disekelilingnya. Naruse
merasa senang dan mengatakan kalau Tasaki hebat karena bisa menyadarinya sendiri.
![]() |
Anthem of The Heart |
Berbagai
lirik nyanyian disesuaikan begitu juga dengan ending cerita. Taku juga sibuk
latihan piano ditemani Naruse. Semua murid tampak bekerja keras untuk
mempersiapkan acara musikal yang tinggal beberapa hari lagi. Hingga satu hari
sebelum acara dimulai, mereka tampak sudah latihan dengan matang meski ada
beberapa anak yang masih ragu dengan hafalan lirik ataupun koreografi.
Taku
melihat beberapa hari ini, Nito tampak berusaha untuk menjauhinya. Taku tidak
sempat bertanya karena sibuk mengurus persiapan untuk acara musikal yang akan
diadakan besok pagi. Mereka membersihkan dan mempersiapkan pentas dan juga
berbagai hal yang diperlukan hingga malam. Tim bisbol ikut bergabung untuk
membantu memindahkan barang.
![]() |
Anthem of The Heart |
Yamaji
yang sebelumnya tampak tidak begitu menyukai Tasaki akhirnya berbicara dengan
Tasaki. Ia menanyakan apakah tangan Tasaki masih sakit. Tasaki mengatakan kalau
gipsnya sudah boleh dilepaskan dan dia bisa mulai latihan baseball dalam beberapa hari kedepan.
Nito
memindahkan beberapa kantong barang ke ruang kelas. Taku ikut menemaninya,
namun Nito tampak menjauhkan diri.
“Hei,
mengapa sikapmu belakangan ini aneh?” Tanya Taku kepada Nito yang berjalan
lebih cepat.
“Dimananya?”
Tanya Nito.
“Ya,
kelihatan kok.”
Nito
berhenti. Ia menangis dan menyuruh Taku untuk pergi dan untuk tidak
mempedulikannya. “Pergilah.,.pergilah ke pelukan Naruse!” cecarnya lirih.
Sepertinya ia cemburu melihat kedekatan Taku dan Naruse beberapa waktu
belakangan.
“Eh,
kenapa malah bawa-bawa Naruse?”
“Habisnya,
kau cinta sama Naruse kan?”
Taku
mengatakan kalau ia tidak menyukai Naruse. Taku juga mengatakan kenapa Nito
seenaknya memutuskan perasaan orang lain. “Aku selalu menyesalinya. Di hari
itu, pas kamu mencoba mengulurkan tanganmu..”
![]() |
Anthem of The Heart |
Taku
mengatakan kalau ia menyesal karena tidak bisa berbuat apa-apa dan ia merasa
hubungan mereka semakin samar sejak saat itu.
Ia tidak mengungkit apa-apa kepada Nito karena ia takut status hubungan
mereka benar-benar berakhir. Dengan kata
lain, ia sebenarnya masih menyukai Nito hingga saat ini. Ia hendak
mengatakannya, namun Nito pergi dan mengatakan kalau ia senang melihat Taku
bermain piano lagi.
Naruse
yang ternyata dari tadi mendengarkan percakapan mereka langsung lari dan
menangis. Ia berlari sekuat tenaga berusaha untuk menolak kenyataan bahwa Taku
ternyata sama sekali tidak menyukainya. Ia terjatuh. Naruse memegang perutnya.
“Aduh..sakit.” rintihnya.
“Tapi
bukan perutmu kan?”
Naruse
langsung melihat ke sumber suara. Ia melihat telur itu tengah berada di
hadapannya.
“Yang
sakit itu adalah hatimu. Kesakitan masa muda. Akibat kesalahanmu melanggar
sumpah kuncinya.” Sambung si telur.
![]() |
Anthem of The Heart |
“Tapi
aku hampir tidak pernah bicara!.” Balas Naruse kesal.
“Apa
yang dimaksud dengan “bicara” itu bukan
cuma lewat mulut saja.” Sanggah si telur. “ hatimu yang cerewet…, sudah terlalu
banyak bicara!”
Naruse
bingung dengan perkataan si telur.
“Takumi
Sakagami..Aku mencintaimu!.. Aku mencintaimu!.. Aku mencintaimu!.. Aku
mencintaimu!..” ucap si telur.
![]() |
Anthem of The Heart |
“Lihatlah,
telurmu sudah penuh dengan retakan. Ah, sudah mulai keluar. Putih yang lengket.
Kamu amat mengecewakan!” ***
Acara
program Penjangkauan pun segera dimulai. Para undangan sudah berdatangan. Taku,
Nito, Tasaki, dan murid-murid lainnya merasa cemas karena hingga saat ini,
Naruse tidak menunjukkan batang hidungnya. Mereka sudah berusaha mencarinya ke
setiap sudut sekolah, namun tidak berhasil menemukannya. Mereka juga mencoba
menghubungi handphonenya, tapi
percuma karena tidak tersambung.
Tiba-tiba
Taku mendapatkan pesan dari Naruse bahwa Naruse tidak bisa memainkan peran Srikandi.
Mendengar kabar itu, anak-anak lain merasa kecewa dengan sikap Naruse yang
tidak bertanggungjawab. Tanpa Srikandi, maka pentasnya tidak akan berjalan.
“Apa
ini ada hubungannya dengan “urusan mendadak” dia kemaren?” salah seorang dari
mereka menerka. Kemaren malam, Naruse meninggalkan pesan kalau ia memiliki
urusan mendadak.
![]() |
Anthem of The Heart |
“Ah
ya, apa kalian tadi malam berpapasan dengan Naruse saat balik ke kelas?” Tanya
Tasaki kepada Taku dan Nito karena tadi malam mereka ditugaskan mengantar
barang ke kelas.
Nito
kaget. Ia ingat kalau malam itu mereka mendengar suara orang berlari namun
tidak mengetahui siapa itu. “Jadi, suara yang kami dengar itu…” Nito menutup
mulutnya. “Berarti Naruse juga mendengarnya.”
“Apa
yang dia dengar?” Tanya Tasaki penasaran.
“Kalau
itu..tapi kita belum tau alasannya.” Jawab Taku bingung. “Kecuali kalau Naruse
memang mencintaiku..” sambungnya yang membuat murid lain kaget.
“Eh,
berarti maksudnya perasaan yang disebut “cinta buta” ya?” sahut murid lain.
“Wah,
Naruse tidak mau datang cuma karena itu?” sambung yang lainnya.
“Kok,
seenaknya banget sih!”.
![]() |
Anthem of The Heart |
Murid
yang lain juga mengatakan kalau Naruse egois sekali, padahal mereka sudah
berjuang sampai detik ini.
Taku
yang masih bingung akhirnya memutuskan bahwa ia akan mencoba mencari Naruse
hingga ketemu. Salah seorang memprotes, kalau Taku pergi maka semuanya akan
tambah kacau.
“Iwaki,
karena kau yang menyusun lagu, berarti kau juga bisa menyanyikannya, bukan?”
Tanya Tasaki.
“Bisa.”
Jawab Iwaki.
“Kalau
begitu, sampai Taku kembali, tolong kau yang jadi pangerannya.”
Iwaki
bersedia untuk menggantikan peran Taku sampai ia kembali. Tasaki juga meminta
Nito untuk menggantikan peran Naruse karena sedikit tidaknya Nito telah
membantu mengarahkan Naruse, sehingga sedikit tidaknya juga ia bisa melakukan
peran Naruse. Maka, dengan begitu, masalah bisa sedikit teratasi.
“Tolong
berikan sedikit kesempatan lagi kepada Naruse” pinta Tasaki.
Semuanyapun
mencoba memahami dan berjanji untuk berusaha sebaik mungkin. Akhirnya Taku
pergi mencari Naruse menggunakan sepeda. Ia sudah berkeliling tapi tetap tidak
bisa menemukan Naruse.
![]() |
Anthem of The Heart |
Acara
sudah dimulai. Ibu Naruse juga sudah tampak hadir dan duduk disamping nenek
Taku. Ia tampak kecewa begitu melihat pameran wanitanya bukan Naruse tetapi
orang lain.
Taku
kemudian teringat dengan istana yang sering dibilang oleh Naruse. Naruse pernah
mengatakan kalau semua kisah ini bermula dari Istana itu. Mungkinkah Naruse
disana?
Ia
pun dengan cepat mengayuh sepeda menuju hotel di gunung. Hotel tersebut sudah
lama ditutup sejak satu tahun yang lalu. Taku langsung masuk dan mendapati
kondisi hotel yang sudah tida terurus.
![]() |
Anthem of The Heart |
Dinding
yang hitam dan dicoret-coret dan pintu masuk yang hancur. Seluruh ruangan
gelap, hanya sedikit cahaya. Taku mendapati jejak langkah di lantai dan ia
semakin yakin bisa menemukan Naruse dengan bantuan jejak langkah kaki itu.
Benar saja, setelah beberapa lama mengikuti jejak itu, akhirnya Taku melihat
Naruse menangis di sebuah ruangan.
![]() |
Anthem of The Heart |
“Aku
sudah tidak bisa kembali.”
“Naruse,suaramu?”
Tanya Taku begitu mendengar Naruse bisa bicara lancar.
“Semuanya
sudah dimulai bukan?”
“Tapi
masih sempat. Semuanya sudah berusaha disana!”
“Percuma
saja. Aku tidak bisa bernyanyi lagi. Karena pangeranku sudah tidak ada lagi.”
Naruse
menyuruh Taku untuk pergi saja. Tapi Taku tidak mau pergi dan terus menenangkan
Naruse. Naruse mengatakan kalau ucapannya telah membuat orang menderita.
![]() |
Anthem of The Heart |
Taku
justru menjawab kalau Naruse boleh mengatakan apapun yang tengah dia rasakan,
termasuk menyakitinya. Naruse akhirnya melontarkan kata-kata penuh cacian dan
hinaan kepada Taku. Tidak hanya Taku, Naruse juga menghina Nito. Ia mengatakan
semua yang ingin ia katakan hingga ia tidak tau apa lagi kata yang bisa dia
ucapkan.
“Jadi,
semua yang ada di hatimu sudah kau luapkan?” Tanya Taku.
![]() |
Anthem of The Heart |
Di lain sisi, pementasan masih berlangsung. Ibu Naruse tampak mulai tidak nyaman karena tidak sesuai dengan yang ia harapkan.
Taku
juga tidak bisa membendung air matanya. “Aku juga sama sepertimu Naruse. Tapi
karena terbiasa, aku selalu enggan mengatakan perasaanku yang sebenarnya. Terus
aku percaya kalau tidak ada satupun hal yang menurutku jujur untuk disampaikan.
Tapi, aku pun bertemu denganmu. Walau biasanya kau tidak pernah bicara, tapi
kau memiliki banyak hal yang ingin kau sampaikan. Terus aku mulai sadar, kalau
masih ada banyak hal yang ingin benar-benar kuutarakan kepada orang lain.”
Naruse
hanya diam mendengar penuturan Taku.
![]() |
Anthem of The Heart |
“Aku
bahagia bisa bertemu denganmu,” sambung Taku. “Berkat kau, aku mulai menyadari
banyak hal.”
“Berkat
aku? Bukan salahku?” Tanya Naruse.
“Iya
benar. Makannya, si telur itu sebenarnya tidak ada. Soalnya semua yang dia
bilang itu bohong. Soalnya, kata-katamu membuatku bahagia.”
Mendengar
kata-kata Taku, akhirnya Naruse mulai tenang dan mau ikut bersama Taku ke acara
musikal. Sebelum mereka benar-benar keluar dari tempat itu, Naruse berkata, “Masih
ada satu hal yang ingin kuutarakan. Aku mencintaimu Sakagami.”
Taku
tampak kaget dan tertunduk. “Terimakasih. Tapi, aku sudah mencintai orang
lain.”
Air
mata Naruse kembali berlinangan. “Aku tau kok.” Jawabnya. Naruse akhirnya bisa
menerima kenyataan bahwa Taku tidak menyukainya tapi Nito.***
![]() |
Anthem of The Heart |
Naruse
berjalan di tengah-tengah para tamu sambil menyanyikan sebuah lagu yang merdu.
Semua orang, tidak hanya penonton tetapi juga para anggota himpunan lain yang
berada di depan dan belakang layar tampak terkesima dengan lagu yang dibawakan
Naruse. Ia terus berjalan dan akhirnya naik kepanggung, bergabung bersama
dengan Nito yang tampak sangat terpukau dengan kehadiran Naruse.
![]() |
Anthem of The Heart |
Ibu
Naruse yang tadi agak kecewa dan ingin beranjak pergi kini tampak senang dan
terharu melihat Naruse tampil.
Akhirnya,
acara musikal berakhir baik.
![]() |
Anthem of The Heart |
Besoknya,
Tasaki mengatakan kepada Taku dan Nito bahwa ia ingin menembak Naruse sebelum
ia terlambat. Ternyata, Tasaki mulai memendam perasaan kepada Naruse. Taku dan
Nito menyemangatinya.
Setelah
Tasaki pergi mencari Naruse, Taku juga hendak mengutarakan perasaannya yang
sesungguhnya kepada Nito. Namun Nito tidak ingin Taku mengatakannya sekarang
karena kesannya Taku ikut-ikutan Tasaki (karena Tasaki hendak mengutarakan
perasaannya pada Naruse). Jadi, dia meminta Taku mengatakannya nanti saja. ***
![]() |
Anthem of The Heart |
Apa isi di dalam telur? Di dalamnya
terdapat beragam perasaan yang terpendam. Di saat sulit dipendam lagi, semuanya
akan meledak-ledak hingga membuat dunia di sekelilingnya menjadi jauh lebih
indah dari sebelumnya.
-----------THE END--------------
Komentar
Posting Komentar